Rabu, 26 April 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DERMATITIS DENGAN APLIKASI NANDA NIC NOC



Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. (Djuanda Adhi, 2010)
Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis : (Djuanda Adhi, 2010)
  1. Dermatitis kontak
Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh. Terbagi menjadi 2 : alergi dan iritan.
  1. Dermatitis atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak.
  1. Neurodermatitis sirkumskripta
  2. Dermatitis numularis
  3. Dermatitis statis

Manifestasi Klinis Dermatitis
  1. Dermatitis kontak
  • Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak.
  • Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai 72 jam.
  • Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal.
  • Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
  • Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
  • Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan tipe alergi.
  1. Dermatitis atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu :
  • DA infantil (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
  • DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (denovo). Lokasi lesi di lipatan siku/ lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang Iebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
  • DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi, sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi  kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun,jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
  1. Neurodermatitis sirkumskripta
  • Kulit yang sangat gatal
  • Muticul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
  • Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang tidur, akan berkurang saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat rasa gatal tersebut.
  • Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan atau penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
  1. Dermatitis numularis
  • Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
  • Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
  • Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
  • Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
  • Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.
  1. Dermatitis statis
  • Bercak-bercĂ„k berwarna merah yang bersisik
  • Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
  • Borok atau bisul pada kulit
  • Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
  • Luka (lesi) kulit
  • Pembengkakan pada tungkai kaki
  • Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
  • Rasa kesemutan pada daerah yang terkena
(Djuanda Adhi, 2010)
Pemeriksaan penunjang Dermatitis
  1. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
  2. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
  3. Pric
Laboratorium
  1. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
  2. Urin : pemerikasaari histopatologi
Penatalaksanaan Dermatitis
  1. Dermatitis Kontak
  • Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
  • Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera mungkin.
  • Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
  • Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
  • Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan tingkat keparahannya.
  1. Dermatitis atopik
  • Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan-bahan berbulu.
  • Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.
  • Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.
  • Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
  • Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S. aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4x200 mg/hari untuk 10 hari.
  1. Neurodermatitis sirkumskripta
  • Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang low poten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
  • Anti-depresan atau anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
  • Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun oral.
  • Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah gatal dan garukan.
  1. Dermatitis numularis
  • Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
  • Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
  • Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.
  • Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
  • Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka pendek.
  • Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisilin HCl.
  1. Dermatitis statis
  • Cahaya Berdenyut Intens
  • Diuretik
  • Imunosupresan
  • Istirahat
  • Kortikosteroid
  • Ligasi Vaskuler
  • Pelembab
  • Terapi Kompresi
Masalah Yang Lazirn Muncul Pada Dermatitis
  1. Ketidakefektifan pola nafas jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, kerusakan neuroIogis.
  2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi.
  3. Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampakan persepsi diri tentang ketidakbersihan.
  4. Nyeri akut b.d lesi kulit.
  5. Resiko infeksi b.d lesi, bercak-bercak merah pada kulit.
Discharge Planning Dermatitis
  1. Gunakanlah kosmetik hipoalergen.
  2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok.
  3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun.
  4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering.
  5. Kenakan pelembab.
  6. Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih
  7. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
  8. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu dipijat secara perlahan
DAFTAR PUSTAKA :


Baca juga makalah terkait Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar