Senin, 24 April 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA CEDERA KEPALA DENGAN APLIKASI NANDA NIC NOC



CEDERA KEPALA

Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. (Morton, 2012).
Klasifikasi Cedera Kepala
Berdasarkan patologi:
  1. Cedera kepala primer
Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel.
  1. Cedera kepala sekunder
Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang terjadi setelah trauma sehingga meningkatkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk edema serebral, perubahan biokimia, dan perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.
Menurut jenis cedera :
  1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasli duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak.
  2. Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan cedera serebral yang luas.
Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgown Coma Scale)
  1. Cedera kepala ringan/minor
  • GCS14-15.
  • Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit.
  • Tidak ada fraktur tengkorak.
  • Tidak ada kontusia serebral, hematoma.
  1. Cedera kepala sedang
  • GCS9-13.
  • Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30m tetapi kurang dari 24 jam.
  • Dapat mengalami fraktur tengkorak.
  • Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial.
  1. Cedera kepala barat
  • GCS3-8.
  • Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia Iebih dan 24 jam.
  • Juga meliputi kontusia serebral laserasi atau hematoma intra kranial.
Etiologi cedera kepala
Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deselerasi, akselerasi-deselerasi, coup-countre coup, dan cedera rotasional.
  1. Cedera Akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak (mis., alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang ditembakkan kekepala).
  2. Cedera Deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan mobil.
  3. Cedera akselerasi-deselerasi sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan episode kekerasan fisik.
  4. Cedera Coup-countre coup terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur. Sebagai contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala.
  5. Cedera rotasional terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar dalam rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.

Manifestasi Klinis Cedera Kepala
Pada pemeriksaan klinis biasa yang dipakai untuk menentukan cedera kepala menggunakan pemeriksaan GCS yang dikelompokkan menjadi cedera kepala ringan, sedang dan berat seperti diatas.
Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur. (Smeltzer, suzanna, 2002)
  1. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur
  2. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dan telinga dan hidung.
  3. Laserasi atau kontusio otak ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah.
Kondisi cedera kepala yang dapat terjadi antara lain :
  1. Komosioserebri
Tidak ada jaringan otak yang rusak, tetapi hanya kehilangan fungsi otak sesaat (pingsan < 10 menit) atau amnesia pasca cedera kepala.
  1. Kontusio serebri
Adanya kerusakan jaringan otak dan fungsi otak (pingsan > 10 menit) atau terdapat lesi neurologik yang jelas. Kontusio serebri sering terjadi dan sebagian besar terjadi di obus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dan otak. Kontusio serebri dalam waktu beberapa jam atau hari, dapat berubah menjadi perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan operasi. (Brain Injury Association of Michigan)
  1. Laserasi serebri
Kerusakan otak yang luas disertai robekan duramater serta fraktur terbuka pada kranium. (Brain Injury Association of Michigan)
  1. Epidural Hematom (EDH)
Hematom antara durameter dan tulang, biasanya sumber perdarahannya adalah robeknya arteri meningea media. Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan ketidaksamaan neurologis sisi kiri dan kanan (hemiparese/plegi, pupil anisokor, reflex patologis satu sisi). Gambaran CT Scan area hiperdens dengan bentuk bikonvek atau lentikuler diantara 2 sutura. Jika perdarahan > 20cc atau > 1 cm midline shift >  5 mm dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan.
  1. Subdural hematom (SDH)
Hematom dibawah lapisan durameter dengan sumber perdarahan dapat berasal dar Bridging vein, a/v cortical, sinus venous. Subdural hematom adalah terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut dapat terjadi dalam 48 jam-2 hari, 2 minggu atau beberapa bulan. Gejala-gejalanya adalah nyeri kepala, bingung, mengantuk, berpikir lambat, kejang dan udem pupil, dan Secara klinis ditandai dengan penurunan kesadaran , disertai adanya lateralisasi yang paling sering berupa hemiparese/plegi. Pada  pemeriksaan CT Scan didapatkan gambaran hiperdens yang berupa bulan sabit (cresent). Indikasi operasi Jika perdarahan tebalnya > 1 cm dan tejadi pergeseran garis tengah > 5mm.
  1. SAH (Subarachnoid Hematom)
Merupakan perdarahan fokal di daerah subarachnoid. Gejala khnisnya menyerupai kontusio serebri. Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti arah girus-girus serebri di daerah yang berdekatan dengan hematom. Hanya diberikan terapi koriservatif, tidak memerlukan terapi operatif. (Misulis KE, Head TC)
  1. ICH ( Intracerebral Hematom)
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan lesi perdarahan diantara neuron otak yang relatif normal. Indikasi dilakukan operasi adanya daerah hiperdens, diameter > 3 cm, perifer, adanya pergeseran garis tengah.
  1. Fraktur basis kranii (Misulis KE, Head TC)
Fraktur dari dasar tengkorak, biasanya melibatkan tulang temporal, oksipital, sphenoid dan etmoid. Terbagi menjadi fraktur basis kranii anterior dan posterior. Pada fraktur anterior melibatkan tulang etmoid dan sphenoid, sedangkan pada fraktur posterior melibatkan tulang temporal, oksipital dan beberapa bagian tulang sphenoid. Tanda terdapat fraktur basis kranii antara lain:
  • Ekimosis periorbital (Racoon’s eyes)
  • Ekimosis mastoid (Battle’s sign)
  • Keluar darah beserta cairan serebrospinal dan hidung atau telinga (rinore atau otore)
  • Kelumpuhan nervus cranial

Pemeriksaan Penunjang Cedera Kepala
  1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
  2. Angiografi serebral
  3. Pemeriksaan MRl
  4. CT scan : indikasi Ct scan nyeri kepala atau muntah-muntah, penurunan GCS lebih 1 point, adanya lateralisasi, bradikardi (nadi < 60x/mnt), fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari perawatan dan luka tembus akibat benda tajam atau peluru

Penatalaksanaan Cedera Kepala
Penanganan cedera kepala : (Satyanegara, 2010)
  1. Stabilisasi kardiopulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (Airway-Breating-Circulation). Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia akan cenderung memperhebat peninggian TIK dan menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
  2. Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan intubasi pada kesempatan pertama.
  3. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan-gangguan dibagian tubuh Iainya.
  4. Pemerikasaan neurologis mencakup respons mata, motorik, verbal, pemeriksaan pupil, reflek okulosefalik dan reflex okuloves tubuler. Penilaian neurologis kurang bermanfaat bila tekanan darah penderita rendah (syok).
  5. Penanganan cedera-cedera dibagian lainnya.
  6. Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti kejang, dan natrium bikarbonat.
  7. Tindakan pemeriksaan diagnostic seperti: sken tomografi computer otak, angiografi serebral, dan lainnya.
Indikasi rawat inap pada penderita dengan cedera kepala ringan adalah :
  1. Amnesia antegrade/pasca trumatik
  2. Adanya keluhan nyeri kepala mulai dari derajat yang moderat sampai berat
  3. Adanya riwayat penurunan kesadaran/pingsan
  4. Intoksikasi alcohol atau obat-obatan
  5. Adanya fraktur tulang tengkorak
  6. Adanya kebocoran likuor serebro-spinalis (ottore/rinorre)
  7. Cedera berat bagian tubuh lain
  8. Indikasi social (tidak ada keluarga/pendamping dirumah) (Satyanegara, 2010)
Dari cedera kepala ringan dapat berlanjut menjadi sedang/berat dengan catatan
bila ada gejala-gejala seperti :
  1. Mengantuk dan sukar dibangunkan
  2. Mual, muntah dan Pusing hebat
  3. Salah satu pupil melebar atau adanya tampilan gerakan mata yang tidak biasa
  4. Kelumpuhan anggota gerak salah satu sisi dan Kejang
  5. Nyeri kepala yang hebat atau bertambah hebat
  6. Kacau/bingung (confuse) tidak mampu berkonsentrasi, terjadi perubahan personalitas
  7. Gaduh, gelisah
  8. Perubahan denyut nadi atau pola pernapasan
Kriteria sederhana sebagai patokan indikasi tindakan operasi adalah :
  1. Lesi masa intra atau ekstra-aksial yang menyebabkan pergeseran garis tengah (pembuluh darah serebral anterior) yang melebihi 5 mm
  2. Lesi masa ekstra-aksial yang tebalnya melebihi 5 mm dari tabula interna tengkorak dan berkaitan dengan pergeseran arteri serebri anterior atau media
  3. Lesi massa ekstra - aksial bilateral dengan tebal 5 mm dari tabula eksternal (kecuali bila ada atrofi otak)
  4. Lesi massa intra-aksial lobus temporalis yang menyebabkan elevasi hebat dari arteri serebri media atau meneyebabkan pergeseran garis tengah

Masalah Yang Lazim Muncul Pada Cedera Kepala
  1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis kontraktur (terputusnya jaringan tulang).
  2. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi/kognitif, terapi pembatasan/ kewaspadaan keamanan, misalnya tirah baring, immobilisasi.
  3. Kerusakan memori b.d hipoksia, gangguan neurologis.
  4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan napas, ditandai dengan dispnea.
  5. Resiko kekurangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit (muntah).
  6. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d trauma jaringan otak.
  7. Resiko perdarahan b.d trauma, riwayat jatuh.
  8. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan ruangan untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral.
  9. Resiko infeksi.
  10. Resiko cidera b.d penurunan tingkat kesadaran, gelisah, agitasi, gerakan involunter dan kejang.
  11. Ansietas.

Discharge Planning Cedera Kepala
  1. Jangan terjadi cedera kepala yang kedua kalinya.
  2. Jika mengendarai kendaraan biasakan untuk menaati peraturan sehingga dapat menghindarkan dari kecelakaan.
  3. Segera bawa kerumah sakit jika terjadi muntah dan sakit dikepala yang tak tertahankan.

DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar