EPITAKSIS
Definisi Epitaksis
Epitaksis merupakan pendarahan yang keluar dari hidung (hemoragi dari hidung) disebabkan oleh rupturnya pembuluh kecil yang mengalami distensi dalam membram mukosa pada area hidung (Brunner & Suddarth). Epitaksis sering kali merupakan gejala dari penyakit lain. Kebanyakan ringan biasanya dapat berhenti dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan medis tetapi epitaksis yang berat walupun jarang merupakan masalah kedaruratan yang dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani. (Prof. Dr. Efiaty, dkk)
Etiologi Epitaksis
Sering kali epitaksis timbul tanpa dapat diketahui penyebabnya, kadang-kadang jelas disebabkan oleh kelainan lokal (trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh darah, infeksi local, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan) pada hidung atau kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskular, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal dan kelainan congenital. (Prof. Dr. Efiaty, dkk)
Manifestasi Klinis Epitaksis
Gejala yang dapat dilihat dari epitaksis dibagi menjadi 2 berdasarkan sumber
perdarahannya:
- Epitaksis Anterior
Kebanyakan berasal dari pleksus kisselbach diseptum bagian anterior atau dari arteri etmoidalis anterior. Perdarahan biasanya ringan karena keadaan mukosa yang hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung dan kebanyakan terjadi pada anak, dan dapat berhenti sendiri.
- Epitaksis Posterior
Dapat berasal dari arteri etmoidalis posterior atau arteni sfenopalatina. Perdarahannya biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular karena pecahnya arteri sfenopalatina.
Epitaksis Posterior
- Sebagian besar perdarahan terjadi kedalam faring.
- Suatu tampon gagal mengontrol perdarahan.
- Nyata dari pemeriksaan hidung bahwa perdarahan terletak posterior dan superior.
Penanganan epitaksis bergantung pada anamnesis yang cermat dan hal-hal yang penting adalah: (Adams Boies).
- Riwayat perdarahan sebelumnya
- Lokasi perdarahan
- Apakah darah terutama mengalir kedalam tenggorokan (ke posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak?
- Lama perdarahan dan frekuensinya
- Kecenderungan perdarahan
- Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
- Penyakit hati
- Penggunaan anti koagulan
- Trauma hidung yang belum lama
- Obat-obatan misal., aspirin, fenibutazon (butazolidin)
Pemeriksaan penunjang Epitaksis
- Pemeriksaan Laboratorium
Jika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Jika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis epistaksis.
- Pemeriksaan darah lengkap, gula darah.
- Fungsi hemostatis.
- EKG
- Tes fungsi hati dan ginjal.
- Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring.
- CT-scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis, benda asing dan neoplasma.
Penatalaksanaan Epitaksis
Prinsip penatalaksanaan epistaksis adalah perbaiki keadaan umum, cari sumber perdarahan, hentikan perdarahan, cari faktor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahan. Hal-hal yang penting adalah:
- Riwayat perdarahan sebelumnya.
- Lokasi perdarahan.
- Apakah darah terutama mengalir ke tenggorokan (ke posterior) atau keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak.
- Lamanya perdarahan dan frekuensinya
- Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Penyakit hati
- Gangguan koagulasi
- Trauma hidung yang belum lama
- Obat-obatan, misalnya aspirin, fenil butazon
Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar dari hidung sehingga dapat di monitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya setengah duduk atau berbaring dengan kepala di tinggikan. Harus perhatikan jangan sampai darah mengalir ke saluran nafas bawah. Pasien anak duduk di pangku, badan dan tangan di peluk, kepala di pegangi agar tegak dan tidak bergerak-gerak.
Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari darah dan bekuan darah dengan bantuan alat penghisap.
- Pendarahan anterior
- Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan vaskular berkurang dan mudah membatukkan darah dari tenggorokan. Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan cuping hidung selama 5-10 menit.
- Kauterisasi, Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidocain atau pantocain untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri. Lalu Kauterisasi secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan perak nitrat 20-30% atau dengan asam triklorasetat 10%. Setelah tampon dikeluarkan, sumber perdarahan diolesi dengan larutan tersebut sampai timbul krusta yang berwarna kekuningan akibat terjadinya nekrosis superfisial. Kauterisasi tidak dilakukan pada kedua sisi septum, karena dapat menimbulkan perforasi. Selain menggunakan zat kimia dapat digunakan elektrokauter atau laser.
- Tampon anterior; Bila dengan kaustik, perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah masuk dan tidak menimbulkan pendarahan baru saat di masukan atau di cabut. Tampon di masukan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus menekan asal pendarahan. Tampon dipertahankan selama 2x24 jam, harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung.
- Pendarahan Posterior
- Tampon Posterior; Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau tampon Bellocq, dibuat dari kasa dengan ukuran lebih kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang Iainnya. Tampon harus menutup koana (nares posterior).
Teknik pemasangan tampon beIIocq
Dimasukkan kateter karet melalui nares anterior sampai tampak di orofaring dan kemudian ditarik keluar melalui mulut. Ujung kateter kemudian diikat pada dua buah benang yang terdapat pada satu sisi tampon Bellocq dan kemudian kateter ditarik keluar hidung. Benang yang telah keluar melalui hidung kemudian ditarik, sedang jari telunjuk tangan yang lain membantu mendorong tampon ke arah nasofaring. Jika masih terjadi perdarahan, dapat dibantu dengan pemasangan tampon anterior, kemudian diikat pada sebuah kain kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga tampon posterior terfiksasi.
- Balloon tamponade; Pemakafan tampon balon Iebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pemasangan tampon posterior konvensional tetapi kurang berhasil dalam mengontrol epistaksis posterior. Ada dua jenis tampon balon, yaitu: kateter Foley dan tampon balon yang dirancang khusus. Setelah bekuan darah dan hidung dibersihkan, tentukan perdarahan. Kemudian lakukan anestesi topikal yang ditambahkan vasokonstriktor. Kateter Foley no. 12 - 16 F diletakkan disepanjang dasar hidung sampai balon terlihat di nasofaring. Kemudian balon diisi dengan 10 -20 cc larutan salin dan kateter Foley ditarik kearah anterior sehingga balon menutup rongga hidung posterior. Jika dorongan terlalu kuat pada palatum mole atau bila terasa sakit yang mengganggu, kurangi tekanan pada balon, Selanjutnya dipasang tampon anterior dan kateter difiksasi dengan mengunakan kain kasa yang dilekatkan pada cuping hidung. Apabila tampon balon ini gagal mengontrol perdarahan, maka dilakukanpemasangan tampon posterior.
- Ligasi arteri; Penanganan yang paling efektif untuk setiap jenis perdarahan adalah dengan meligasi pembuluh darah yang ruptur pada bagian proksimal sumber perdarahan dengan segera. Tetapi kenyataannya sulit untuk mengidentifikasi sumber perdarahan yang tepat pada epistaksis yang berat atau persisten.
Masalah Yang Lazim Muncul Pada Epitaksis
- Resiko aspirasi b.d masuknya cairan kedalam saluran nafas, trankeobronkial.
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d perubahan dalam jalan napas.
- Ansietas b.d perdarahan yang diderita, pengobatan .
- Nyeri akut b.d rupture dalam membram mukosa hidung.
- Resiko infeksi b.d prosedur invasive (hygien pemasangan tampon).
- Defisiensi pengetahuan b.d prosedur pengobatan epistaksis (tampon hidung).
Discharge Planning Epitaksis
- Jika epitaksis terjadi lagi:
- Untuk dapat menghentikan perdarahannya perlu dicari dulu sumbernya.
- Biakan darah mengalir keluar dan jangan sampai mengalir kesaluran napas bawah.
- Tampon dengan kasa jika perlu basahi dengan adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% untuk menurangi rasa nyeri.
- Tampon dibiarkan selama 10-15 menit.
- Jika pada perdarahan sangat sulit diatasi dilakukan tampon oleh tenaga medis dengan tampon Bellocq. Tampon mi dibuat dan kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3cm. pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah disatu sisi dan sebuah disisi berlawanan.
- Tampon posterior keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.
- Jangan mengorek hidung dengan kuat-kuat dan jangan mengeluarkan ingus dengan keras.
- Makan makanan yang bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
- Segera perìksa jika terjadi epitaksis untuk memastika penyebab/penyakit yang menyebabkannya. Dan pelajarilah factor penyebabnya dan penanganan awal.
DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar