Minggu, 23 April 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT Ca. NASOFARING DENGAN APLIKASI NANDA NIC NOC


Ca. NASOFARING

Definisi Ca. NASOFARING
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)

Etiologi Ca. NASOFARING
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan untuk  mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :
  1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
  2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
  3. Sering kontak dengan Zat karsinogen (benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
  4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia).
  5. Radang kronis nasofaring.
  6. Profil HLA.

Pembagian Karsinoma Nasofaring
Menurut Histopatologi :
  1. Well differentiated epidermoid carcinoma.
  • Keratinizing
  • Non Keratinizing
  1. Undiffeentiated epidermoid carcinoma =  anaplastic carcinoma
  • Transitional
  • Lymphoepithelioma
  1. Adenocystic carcinoma
Menurut bentuk dan cara tumbuh
  1. Ulseratif
  2. Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.
  3. Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dan jaringan sekitar (creeping tumor)
Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)
Tipe WHO 1
  • Karsinoma sel skuamosa (KSS)
  • Deferensiasi baik sampai sedang
  • Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan)
Tipe WHO 2
  • Karsinoma non keratinisasi (KNK)
  • Paling banyak pariasinya
  • Menyerupai transisional
  • Karsinoma
Tipe WHO 3
  • Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
  • Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”, varian sel spindel.
  • Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
  • Indonesia Cina
Tipe WHO
Tipe 1 : 29%    35%
Tipe 2 : 14%    23%
Tipe 3 : 57%    42%
Penentuan Stadium
TUMOR SIZE (T)
T
Tumor primer
T0
Tidak tampak tumor
T1
Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2
Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau Iebih tetapi masih terbatas pada rongga nasofaring
T3
Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4
Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak
Tx
Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0
Tidak ada pembesaran
N1
Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa digerakkan
N2
Terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dan masih  dapat digerakkan
N3
Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)
M0
Tidak ada metastase jauh
M1
Metastase jauh
  • Stadium I : T1 No dan Mo
  • Stadium II : T2 No dan Mo
  • Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo atau T3 dan No dan Mo
  • Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo atau T1/T2/T3/T4 dan No/N1/N3/N4 dan M1

Manifestasi Klinis Ca. NASOFARING
Simtomatologi ditentukan oleh hubungan anatomic nasofaring terhadap hidung, tuba Eustachii dan dasar tengkorak.
Gejala Hidung :
  • Epistaksis : rapuhnya mukosa hidung sehingga mudah terjadi perdarahan.
  • Sumbatan hidung. Sumbatan menetap karena pertumbuhan tumor kedalam rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya : pilek kronis, ingus kental, gangguan penciuman.
Gejala telinga
  • Kataralis/oklusi tuba Eustachii : tumor mula-mula dofosa Rosen Muler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan muara tuba (berdengung, rasa penuh, kadang gangguan pendengaran).
  • Otitis Media Serosa sampai perforasi dan gangguan pendengaran.
Gejala lanjut
  • Limfadenopati servikal : melalui pembuluh limfe, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang biak hingga kelenjar membesar dan tampak benjolan dileher  bagian samping, lama kelamaan karena tidak dirasakan kelenjar akan berkembang dan melekat pada otot sehingga sulit digerakkan.

Pemeriksaan Penunjang Ca. NASOFARING
  1. Nasofaringoskopi
  2. Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter
  3. Biopsi multiple
  4. Radiologi : Thorak PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT Scan, Bone scantigraphy (bila dicurigai metastase tulang).
  5. Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan tumor kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi kesaraf otak, manifestasi tergantung dari saraf yang dikenai.

Penatalaksanaan Ca. NASOFARING
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus. Semua pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi adjuvant (tambahan). (National Cancer Institute).
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap benjola di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi. Operasi sisa tumor induk (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi. (Roezin A, Anida S).
Perawatan paliatif harus diberikan pada pasien dengan pengobatan radiasi. Mulut rasa kering disebabkan oleh kerusakan kelenjar liur mayor maupun minor sewaktu penyinaran. Tidak banyak yang dilakukan selain menasihatkan pasien untuk makan dengan banyak kuah, membawa minuman kemanapun pergi dan mencoba memakan dan mengunyah bahan yang rasa asam sehingga merangsang keluarnya air liur. Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan kadang-kadang muntah atau rasa mual. (Roezin A, Anida S).

Masalah Yang Lazim Muncul Pada Ca. NASOFARING
  1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
  2. Gangguan pertukaran gas.
  3. Nyeri akut b.d kompresi/destruksi jaringan saraf.
  4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi.
  5. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi.
  6. Kerusakan integritas kulit b.d penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi.
  7. Harga diri rendah situasional b.d efek samping radioterapi : kehilangan rambut.
  8. Konstipasi b.d iritasi mukosa GI sekunder kemoterapi.

Discharge Planning Pada Ca. NASOFARING
  1. Berikan suplemen nutrisi supaya kekuatan fisik cepat pulih dan konsultasikan.
  2. Hindari konsumsi alcohol dan merokok.
  3. Keluarga berkonsultasi dengan dokter tentang penanganan selama dirumah dan tindakan apa yang harus diberikan.
  4. Lakukan sesuai jadwal kemoterapi atau radioterapi jika dijadwalkan.
  5. Konsultasikan tentang terapi herbal TCM.
  6. Berilah dukungan kepada penderita supaya tidak timbul depresi.
  7. Belolahraga fisik ringan terutama yang statis agar tubuh dan ketahanan meningkat secara bertahap.
  8. Istirahat yang cukup dan hindari paparan zat-zat pemicu penyakit.


DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar